Oleh karena itu, perlu dicari solusi baru, seperti penggunaan pengganti kayu jati lainnya tanpa mengabaikan kualitas dari produk andalan seperti kamar set jati, utamanya untuk produk yang akan diekspor. Hal ini diungkapkan oleh Badan Kerajinan dan Produk Hutan Indonesia di Jepara, baru-baru ini.
Menurut Henny, kesulitan memperoleh bahan baku sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Selain meningkatnya permintaan pasar, penjarahan massal di beberapa hutan di Jawa Tengah juga menjadi penyebab kelangkaan kayu jati. Hal ini mengakibatkan para pengrajin furnitur Jepara kesulitan mendapatkan bahan baku untuk pembuatan furnitur seperti set kursi kayu jati. Oleh karena itu,
Badan Promosi Ekspor Nasional dan Badan Produk Hutan dan Kerajinan Indonesia telah memberikan pelatihan dan bimbingan kepada pengrajin sehingga para pengrajin memiliki pengetahuan lebih tentang teknik jual beli yang dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan. Di sisi lain, pelatihan juga memberikan orientasi materi, dalam bentuk desain yang sesuai dengan selera pasar ekspor.
Tidak hanya itu, kata Henny, IFCA juga merangkul Lilly Industries, perusahaan pelapis dan kimia terbesar di dunia untuk membantu pengrajin.
Henny menambahkan bahwa perdagangan kerajinan tangan di Jepara saat ini didominasi oleh pedagang asing yang telah memasuki daerah-daerah terpencil di desa. Namun, dengan pelatihan ini, diharapkan para pengrajin dapat mengembangkan bisnis mereka, dapat memproduksi furnitur berkualitas seperti kamar set jati dan mendapatkan manfaat yang sebelumnya dinikmati oleh pedagang asing.